Tuesday, May 18, 2010

Proyek Jetty ku

Maju terus ITB... untuk Tuhan, Bangsa dan Almamater

Setelah mendapatkan beberapa email dari milis maupun surat kabar yang menyatakan ITB merosot ke urutan dibawah 100 untuk universitas terbaik di Asia..tersentak hati kecils saya... sedih rasanya...

akhirnya saya search sama mbah google utk membuang rasa penasaran, tapi ternyata didapat data2 yg cukup menggembirakan hati saya..Ada baiknya kita melihat dari bidang perangkingannya.
ternyata engineering ITB masih menduduki 30 terbaik di Asia..
Maju terus almamaterku, tingkatkan prestasimu... buktikan kau yg terbaik..

Berikut rangking
Asia perbidang terkait :

Untuk IT dan Engineering, ITB (30), UI (50), UGM (58), IPB (93)
Untuk Natural Sciences, ITB (35), UI (44), UGM(44), IPB (61)
Untuk Life sciences & biomedicine, UGM (23), UI (27), ITB (47), Unair (66)

Info lebih detil dapat di lihat di :

http://www.topuniversities.com/university-rankings/asian-university-rankings

Tuesday, April 22, 2008

Potret Keprihatinan Pendidikan Tinggi di Batam

Potret Keprihatinan Pendidikan Tinggi di Batam


Perguruan tinggi merupakan suatu wadah yang sangat mulia untuk menjalankan fungsi Reaserch and Development serta arena penyemaian Sumberdaya Manusia (SDM) baru untuk menghasilkan generasi yang memiliki kepribadian serta kompetensi keilmuan sesuai bidangnya. Belum genap setahun pemerintah memutuskan status hukum Batam sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas (free trade zone/FTZ) diberlakukan menyeluruh untuk kawasan ekonomi khusus (KEK/SEZ) Batam, Rempang dan Galang (Barelang) serta nota kesepahaman (MoU) antara pemerintahan Indonesia dan Singapura untuk pembentukan zona ekonomi khusus Batam, Bintan, dan Karimun. Salah satu tuntutan FTZ adalah daya saing ekonomi. Daya saing ekonomi akan terwujud bila didukung oleh SDM yang handal. Untuk menciptakan SDM berkualitas dan handal yang diperlukan adalah pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Sebab dalam hal ini pendidikan tinggi dianggap sebagai mekanisme kelembagaan pokok dalam mengembangkan keahlian dan pengetahuan.

Adanya rencana pembentukan Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Kepri ini sejak beberapa kurun terakhir sudah mulai menjadi wacana publik di Batam, dalam arti dibicarakan secara luas oleh berbagai kalangan, baik yang bersentuhan langsung maupun tidak langsung dengan urusan pendidikan. Momentum pembentukan UMRAH ini merupakan saat yang tepat untuk senantiasa berkaca dan melakukan pelurusan kembali terhadap penyimpangan orientasi yang terjadi pada kondisi pendidikan tinggi di Batam secara keseluruhan.
Kondisi pendidikan tinggi di Batam saat ini cukup memprihatinkan. Munculnya berbagai cara yang mengarah pada pelanggaran etika akademik yang dilakukan perguruan tinggi untuk memenangkan persaingan, menunjukkan bahwa pendidikan kini cenderung dipakai sebagai ajang bisnis atau komersialisasi. Pola promosi yang memberikan kemudahan dan iming-iming hadiah merupakan suatu gambaran bahwa perguruan tinggi tersebut tidak ada inovasi dalam hal kualitas pendidikan. Kecenderungan tersebut akan menghancurkan dunia pendidikan, karena akhirnya masyarakat bukan kuliah untuk meningkatkan kualitas diri, melainkan hanya mengejar hadiah & gelar untuk prestise. Ada Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang mengabaikan proses pendidikan. Bahkan ada PTS yang hanya menjadi mesin pencetak uang, bukan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Hal Ini yang membuat persaingan menjadi semakin tidak sehat.

Produk lulusan perguruan tinggi yang proses pendidikannya asal-asalan dan bahkan akal-akalan, juga cenderung menghalalkan segala cara untuk merekrut calon mahasiswa sebanyak-banyaknya, dengan promosi yang terkadang menjebak dengan iming-iming hadiah yang menggiurkan. Apakah ini gambaran pendidikan berkualitas?. Semoga masyarakat dan orang tua yang akan menyekolahkan putra putrinya tidak terjebak pada kondisi tersebut dan lebih bijak dalam memilih perguruan tinggi, sehingga putra-putrinya tidak terkesan asal kuliah.

Ditengah besarnya angka pengangguran di Batam yang telah mencapai lebih dari 23 ribu orang (data Disnaker awal tahun 2008), langkah yang harus ditempuh adalah mencari pendidikan yang baik dan bermutu yang dibutuhkan pasar. Bukan hanya murah saja dan asal. Tidak dipungkiri lagi bahwa selama ini, dunia industri kesulitan mencari tenaga kerja dengan keahlian tertentu untuk mengisi kebutuhan pekerjaan. Bila membuka lowongan, yang melamar biasanya banyak, namun hanya beberapa yang lulus seleksi dan kecenderungan banyak perusahaan yang melakukan perekrutan pegawai dari luar Batam mengingat SDM lokal kurang dapat bersaing dalam hal kualitas.

Pasalnya jarang ada calon pegawai lulusan perguruan tinggi atau sekolah, yang memiliki keahlian yang dibutuhkan, karena kebanyakan berkemampuan rata-rata untuk semua bidang. Jarang ada yang menguasai bidang-bidang yang spesifik. Hal ini tentunya menyulitkan pihak pencari kerja, karena harus mendidik calon karyawan dulu sebelum mulai bekerja. Sebagian besar perguruan tinggi atau sekolah mendidik tenaga ahli madya (tamatan D.III) tetapi keahliannya tidak spesifik.

Lebih parah lagi, tidak bisa dipungkiri ada PTS yang memainkan range nilai untuk meluluskan mahasiswanya, karena mereka takut, ketika selesai ujian akhir (UTS/UAS) banyak mahasiswanya yang tidak lulus alias IP/IPK nasakom (nasib dengan IP/IPK satu koma). Sehingga mereka lulus dengan angka pas-pasan yang sebenarnya mahasiswa tersebut tidak lulus. Ini adalah cermin dari proses pembodohan bangsa bukan mencerdaskan bangsa. Dalam hal ini semua pihak harus melakukan introspeksi untuk bisa memberi pelayanan pendidikan yang baik & berkualitas. Kopertis, harus bersikap tegas menindak Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang melanggar dan mensosialisasikan aturan yang tak boleh dilanggar oleh PTS. Pengelola perguruan tinggi juga harus menghentikan semua langkah yang melanggar aturan. Kunci pengawasan itu ada secara bertahap di tangan Ketua Program Studi, Direktur, Dekan, Rektor dan Ketua Yayasan.

Selain itu pula, apa yang menjadi barometer yang menunjukkan eksistensi sebuah perguruan tinggi? Untuk saat ini opini publik dan beberapa kalangan masyarakat bahwa eksistensi sebuah Perguruan Tinggi dilihat dari kuantitas mahasiswanya bukan kualitasnnya. Nah ini jelas sudah terlihat faktanya bahwa pendidikan hanya menjadi komoditi bisnis semata.

Menatap masa depan berarti mempersiapkan generasi muda yang memiliki kecintaan terhadap pembelajaran, harapan kami semoga komersialisasi pendidikan tinggi tidak menjadi sebuah komoditi bisnis semata, akan tetapi menjadi arena untuk meningkatkan kualitas SDM dalam penguasaan IPTEK, sehingga kita bisa mempersiapkan tenaga handal ditengah kompetisi global. mulailah dari diri sendiri untuk berbuat sesuatu guna menciptakan pendidikan kita bisa lebih baik dan berkualitas, karena ini akan menyangkut masa depan anak-anak kita dan Juga Bangsa Indonesia.

Sunday, April 13, 2008

Cerita kehidupan

Suatu hari keledai milik seorang petani jatuh ke dalam sumur.
Hewan itu menangis dengan memilukan selama berjam-jam,
sementara si petani memikirkan apa yang harus dilakukannya.
Akhirnya, Ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan
sumur juga perlu ditimbun (ditutup -karena berbahaya); jadi tidak berguna
untuk menolong si keledai. ia mengajak tetangga-tetangganya untuk datang
membantunya.

Mereka membawa sekop dan mulai menyekop tanah ke dalam
sumur. Pada mulanya, ketika si keledai menyadari apa yang sedang terjadi, ia
menangis penuh kengerian. Tetapi kemudian, semua orang takjub, karena si
keledai menjadi diam. Setelah beberapa sekop tanah lagi dituangkan ke
dalam sumur, si petani melihat ke dalam sumur dan tercengang karena apa
yang dilihatnya.

Walaupun punggungnya terus ditimpa oleh bersekop-sekop
tanah dan kotoran, si keledai melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia
mengguncang-guncangkan badannya agar tanah yang menimpa punggungnya turun ke
bawah, lalu menaiki tanah itu. Sementara tetangga-tetangga si petani terus
menuangkan tanah kotor ke atas punggung hewan itu, si keledai terus juga
menguncangkan badannya dan melangkah naik. Segera saja, semua orang
terpesona ketika si keledai meloncati tepi sumurdan melarikan diri.

Kehidupan terus saja menuangkan tanah dan kotoran
kepadamu, segala macam tanah dan kotoran. Cara untuk keluar dari 'sumur'
(kesedihan, masalah, dsb) adalah dengan menguncangkan segala tanah dan kotoran dari
diri kita(pikiran, dan hati kita) dan melangkah naik dari
'sumur' dengan menggunakan hal-hal tersebut sebagai pijakan. Setiap
masalah-masalah kita merupakan satu batu pijakan untuk melangkah. Kita dapat
keluar dari'sumur' yang terdalam dengan terus berjuang, jangan pernah
menyerah! (never give up!) Guncangkanlah hal negatif yang menimpa dan melangkahlah
naik !!!

Ingatlah aturan sederhana tentang Kebahagiaan :

1. Bebaskan dirimu dari kebencian
2. Bebaskanlah pikiranmu dari kecemasan
3. Hiduplah sederhana
4. Berilah lebih banyak
5. Berharaplah lebih sedikit
6. Tersenyumlah

GUNCANGKANLAH dalam diri kita, teman dan handai taulan
kita...!!!!

Entah ini adalah waktu kita yang terbaik atau terburuk,
inilah satu-satunya waktu yang kita miliki saat ini

Sunday, February 17, 2008

joke's..

Cerita Mengharukan

Seorang bocah yang sangat ingin melanjutkan sekolah,tetapi orang tuanya tidak mempunyai uang untuk membiayai sekolahnya. Lagipula ibunya yang sedang sakit membutuhkan biaya untuk membeli obat. Akhirnya dia memutuskan untuk menulis surat kepada Tuhan :

Kepada
Yth
Tuhan
di Surga

Tuhan yang baik, saya mau melanjutkan sekolah, tapi orang tua saya tidak punya uang. Ibu saya juga sedang sakit, mau beli obat. Tuhan saya butuh uang Rp 20.000 utk beli obat ibu, Rp 20.000 untuk membayar uang sekolah, Rp 10.000 untuk membayar uang seragam, dan uang buku Rp 10.000.
Jadi semuanya Rp 60.000
Terima kasih Tuhan, saya tunggu kiriman uangnya.

Dari:
Rio


Akhirnya..
Rio pun pergi ke kantor pos untuk mengirim suratnya. Membaca tujuan surat tersebut, petugas kantor pos merasa iba melihat Rio, sehingga tidak tega untuk mengembalika n suratnya. Bingung mau di kemanakan surat itu, akhirnya petugas pos itu menyerahkannya ke kantor polisi terdekat.
Membaca isi surat itu, Komandan polisi merasa iba dan tergerak hatinya utk menceritakan hal tsb kepada anak buahnya. Walhasil, para polisi pun mengumpulkan dana utk diberikan ke Rio, tetapi dana yang terkumpul Hanya Rp 55.000,-
Sang Komandan pun memasukan uang yang terkumpul ke dalam amplop, menuliskan keterangan: "Dari Tuhan di Surga" dan menyerahkan ke anak buahnya utk di kembalikan ke Rio .
Menerima uang tsb, Rio merasa sangat senang permintaannya terkabul, walaupun yang diterima hanya Rp 55.000,-. Rio pun bergegas mengambil kertas dan pensil, dan mulai menulis surat lagi.
"TUHAN LAIN KALI KALO MAU KIRIM UANG, JANGAN LEWAT POLISI, KARENA KALO LEWAT POLISI DI POTONG RP 5.000,- *
Polisi: GUBRAKKKK

Saturday, January 19, 2008

value of time...

VALUE OF TIME

To realize the value of ONE YEAR, ask a student who failed a grade.

To realize the value of ONE MONTH, ask a mother who gave birth to a pre-mature baby.

To realize the value of ONE WEEK, ask the editor of a weekly newspaper.

To realize the value of ONE DAY, ask a daily wage laborer with kids to feed.

To realize the value of ONE HOUR, ask the lovers who are waiting to meet.

To realize the value of ONE MINUTE, ask a person who missed the train.

To realize the value of ONE SECOND, ask a person who just avoided an accident.

To realize the value of ONE MILLI-SECOND, ask the person who won a silver medal in the Olympics.

Monday, January 14, 2008

Segera ’Bangun’ saat Jatuh itulah entreprenuer...

Ada tips menarik ttg entreprenuer..
smoga bermanfaat...

Seorang eksekutif di perusahaan media yang sangat top, bercerita pada saya mengenai rencananya untuk meninggalkan organisasi yang sangat dicintainya itu. Padahal, ia masih sangat ‘terpakai’ dan relatif muda. Alasan utamanya adalah karena ia takut semangatnya menurun bila ia terus berada di perusahaan tersebut, tanpa bisa berkreasi dan mengambil risiko. Ia pun merasa perusahaan tempatnya bekerja mulai tua, “Doing the same thing”, katanya. Atasannya, ketika ia berpamitan, berkomentar, ”Mungkin kita-kita ini sudah mulai tua, sehingga tidak berani mengambil risiko”.

Sebagai pengamat, saya sungguh menyayangkan, melihat atasan ‘kalah’ spirit dengan anak buahnya. Padahal, untuk meneruskan perusahaan diperlukan visi agar perusahaan tetap gesit, fleksibel, fokus, memiliki horison jauh bahkan selalu futuristik. Sebagai wirausahawan, pimpinan perusahaanlah yang paling bertanggung jawab bila perusahaan mulai ‘melempem’. Atasan atau pimpinan perusahaanlah penarik pedati perusahaan untuk di bawa ke masa depan yang kian hari kian kompetitif ini.

Beberapa dekade lalu, entrepreneurship dianggap sebagai kualitas langka yang hanya dimiliki oleh pucuk-pucuk pimpinan perusahaan atau pengusaha-pengusaha. Bahkan, di beberapa perusahaan tertentu, orang-orang dengan semangat entrepreneurship tinggi, tidak diterima bekerja, karena dianggap ’membahayakan’ perusahaannya. Kekuatirannya adalah, mereka bisa melakukan ‘copy-paste’ kegiatan perusahaan, mendirikan perusahaan sejenis, bahkan menjadi kompetitor pula!

Saat ini, tanpa bisa dibendung, anak muda lebih komersial dan ‘profit oriented’. “Kalau tidak bermain dengan risiko, tidak seru!” demikian keyakinan mereka. Jiwa kewirausahaan, di mana kreativitas menjadi kompetensi, sekarang dianggap penting dalam mengembangkan bisnis. Karenanya, spirit entrepreneurship tidak boleh hanya dimiliki oleh para pimpinan perusahaan, tetapi perlu dimiliki oleh sebanyak mungkin individu dalam organisasi. Bahayanya bila entrepreunership tidak disadari keberadaannya, dan tidak secara sengaja di pelihara dalam suatu organisasi adalah: organisasi bisa cepat ‘mati muda’.

Perluas Peluang, Hitung Risiko
Dunia memang sedang didominasi oleh populasi anak muda “gen Y”. Dunia bisnis pun sedang didominasi oleh musik, hiburan, dan beberapa hal yang dikuasai oleh dunia anak muda. Inilah sebabnya semangat ‘discovery’ dan kejelian melihat peluang dari anak-anak muda ini perlu ditampung dan justru dikembangkan pada setiap karyawan.

Tidak heran lagi bila karyawan diberi kesempatan untuk membuat ‘business unit’ sendiri untuk mencobakan idenya. Ambisi karyawan yang berjiwa entrepreuner perlu ditampung. Keinginannya untuk mendapatkan ‘uang lebih’ daripada sekedar gaji pun perlu diseimbangkan dengan risiko yang ditanggung dan diperhitungkan. Bila perusahaan bisa mendapatkan untung melalui pengambilan risiko yang cermat, perhitungan yang mantap, dan pertimbangan bisnis yang tajam, mengapa tidak memberi kesempatan?

‘Passion’ yang Tak Ada Batasnya
To love what you do and feel that it matters – how could anything be more fun..? Katharine Graham.

Saya tidak tahu kapan teman anak saya, pengusaha cafĂ© ,club dan restoran, beristirahat dan tidur. Malam hari ia berkeliaran di salah satu restorannya, menyapa tamu, mengontrol bar dan mencicipi makanan. Siang hari, ia berada di kantor dan mengontrol pembelian. Setiap akhir minggu, kita akan mendapatkan sms darinya pribadi mengenai event-event spesial yang sedang berlangsung di cafenya. Kecintaan pada pekerjaan memang tidak berbeda dengan mengerjakan hobi: tidak kenal waktu. Ini juga adalah rahasia para entrepreuner. Seorang entrepreuner tidak menghitung jam kerja, karena fokus totalnya adalah pada keberhasilan. Inilah sebabnya keberhasilan juga lebih di depan mata daripada orang orang yang sekedar berjiwa ‘pegawai’.

Action, Action, Action!
Beda semangat entrepreuner dengan pekerja biasanya juga terletak pada implementasi. Seorang entrepreneur tidak kenal kata menunggu atau mengobservasi saja. Dia adalah pemain dan partisipan dalam setiap kegiatan.

Semangatnya adalah ‘action’. Kesadaran bahwa problem solving dan risk taking hanya bisa dilakukan sempurna melalui komunikasi yang lancar dan terbuka, membuat para entrepreuner senantiasa mengasah ketrampilan komunikasinya. Mereka adalah ‘speaker’ sejati. Hal ini jugalah yang menyebabkan para entrepreuner ini mudah menampilkan optimisme, yang kemudian ditularkan ke lingkungan sekitarnya, yang lalu berbalik menjadi bersemangat men-support kesuksesannya.

Bagaimana dengan individu yang sudah terlanjur menjadi ‘pegawai’ dan belum pernah terpikir untuk mengarahkan diri menjadi entrepreneur? Kita tidak perlu menjadi entrepreuner. Yang perlu dikembangkan adalah semangat dan mindset-nya, karena dalam perusahaan yang maju, para ‘intrapreneur’ (eksekutif berjiwa entrepreuner) juga tetap bisa berkarya dengan leluasa.

Ciri-ciri Entrepreneur

• Semangat Berprestasi
• Sibuk Mencari Peluang
• Think Big & Whole
• Intuisi Tajam dalam Berbisnis
• Berani dan Siap Mengambil Risiko
• Toleran terhadap Ambiguitas
• Optimis dan Segera’Bangun’ saat Jatuh
• Cepat Berhitung & Mengambil Keputusan
• Terpacu untuk lebih ‘Sejahtera’